Jakarta, 11 Juni 2025 — Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan Indonesia (IATPI) turut berpartisipasi dalam gelaran Indonesia Water and Wastewater Expo and Forum (IWWEF) 2025 yang secara resmi dibuka pada Rabu, 11 Juni 2025, di Ruang Cendrawasih, Jakarta International Convention Center (JICC). Acara tahunan yang berlangsung hingga 13 Juni ini menjadi momentum penting untuk mendorong percepatan akses air minum aman dan pengelolaan sanitasi yang berkelanjutan di Indonesia.

 

Dalam sambutan pembuka, Ketua Umum PERPAMSI, Ir. Arief Wisnu Cahyono, S.T., mengungkapkan bahwa cakupan akses air minum perpipaan nasional saat ini masih berada di angka 22%. Adapun target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ditetapkan sebesar 40%, dengan harapan mencapai 100% pada tahun 2045. Untuk itu, PERPAMSI terus mendorong penerapan tata kelola yang transparan dan profesional, penguatan kapasitas kelembagaan, reformasi regulasi, serta pengembangan sumber daya manusia di sektor air.

 

“PERPAMSI juga menjembatani kerja sama antara PDAM yang telah mapan sebagai mentor dan PDAM yang masih berkembang sebagai mentee, guna mempercepat transfer pengetahuan dan teknologi,” ujar Arief. Ia berharap IWWEF 2025 dapat menjadi ruang kolaboratif yang strategis dalam mewujudkan swasembada air dan akses universal terhadap air minum aman.
Pembukaan acara ditandai dengan pemukulan gong oleh Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), didampingi oleh Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Urusan Air, Retno Marsudi, serta Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Ir. Diana Kusumastuti, M.T.

 

Dalam sambutannya, AHY menyoroti tiga tantangan utama terkait air: kekurangan (too little), kelebihan seperti banjir (too much), dan kualitas air yang buruk (too dirty). Ia menegaskan bahwa air bersih adalah hak dasar, bukan kemewahan. “Mari kita pastikan air bersih menjadi milik seluruh rakyat Indonesia, tanpa memandang status ekonomi dan sosial,” serunya.
Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Urusan Air, Retno Marsudi, menegaskan bahwa isu air telah menjadi perhatian global. Ia mencatat lebih dari 120 pertemuan internasional yang telah diikutinya dalam enam bulan terakhir, sebagai bentuk nyata peningkatan kesadaran terhadap krisis air. “Tantangan air sangat kompleks dan mendesak. Kita harus bertindak sekarang — we have to act now,” tegasnya. Retno menyoroti empat pilar utama untuk mengatasi krisis air: perubahan perilaku, penguatan pengelolaan sumber daya air terpadu, pemanfaatan inovasi dan teknologi, serta pentingnya kolaborasi lintas sektor dan negara.

 

Wakil Menteri PUPR, Ir. Diana Kusumastuti, M.T., menambahkan bahwa transformasi penyelenggaraan sistem air minum difokuskan pada empat aspek utama: kebijakan, kelembagaan dan tata kelola, regulasi, serta integrasi lintas sektor. Ia menekankan bahwa SPAM jaringan perpipaan perlu ditetapkan sebagai proyek strategis nasional, serta mendorong penetapan tarif berbasis prinsip full cost recovery. Diana juga menyoroti pentingnya integrasi pengelolaan antara air minum dan air limbah untuk menciptakan sistem yang lebih efisien dan berkelanjutan.

 

Ketua Umum IATPI, Endra S. Atmawidjaja, menyampaikan bahwa IATPI akan terus mendukung transformasi tata kelola air minum dan sanitasi melalui penyediaan sumber daya manusia yang kompeten dan bersertifikasi. “Kami berkomitmen untuk menghadirkan SDM yang kompeten dan berkualitas yang mampu menjawab tantangan dan mendukung transformasi sektor air minum dan sanitasi ke depan, sebagai bagian dari upaya mewujudkan swasembada air” ujarnya.

 

Kehadiran IATPI dalam IWWEF 2025 menegaskan komitmen organisasi dalam mendukung pengembangan teknologi, penguatan regulasi, dan penyusunan kebijakan strategis di sektor air dan sanitasi. IWWEF 2025 menjadi titik temu penting para pemangku kepentingan untuk memperkuat kolaborasi, inovasi, dan keberlanjutan dalam pengelolaan air dan sanitasi di Indonesia.

Share this post on: