Jakarta, 13 Juni 2025 — Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan Indonesia (IATPI) berperan aktif dalam mendorong percepatan transformasi kebijakan air minum nasional melalui Talkshow bertajuk “Rekomendasi Kebijakan dan Strategi Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim untuk Mewujudkan Penyelenggaraan SPAM yang Andal dan Berkelanjutan” dalam rangkaian Indonesia Water and Waste Water Expo and Forum (IWWEF) 2025 di Jakarta International Convention Center.
Kegiatan ini menjadi forum penting untuk mendiseminasikan arah transformasi tata kelola air minum nasional yang dimulai sejak tahun 2025. Melalui kolaborasi antara Kementerian PU, Perpamsi, IATPI, dan akademisi, talkshow ini mempertemukan para pemangku kepentingan untuk menyatukan langkah menuju sistem penyediaan air minum (SPAM) yang tangguh terhadap perubahan iklim, adil, dan berkelanjutan.
Dalam sambutannya, Ketua Umum IATPI, Endra S. Atmawidjaja menekankan bahwa air saat ini telah menjadi isu utama dalam berbagai forum internasional, termasuk COP dan World Water Forum. “Kita punya cita-cita besar untuk mentransformasi sistem air minum nasional. Namun tantangannya sangat kompleks: _too much, too little, too dirty_ (banjir saar musim hujan, kering saat musim kemarau, dan pencemaran air). Kita harus menemukan formula kebijakan yang _genuine_, sesuai konteks Indonesia,” ujarnya.
IATPI menyoroti pentingnya penguatan sumber daya manusia (SDM) sektor air dan sanitasi. Selama 10 tahun terakhir, peningkatan akses air minum layak hanya bertambah sekitar 1% per tahun. Karena itu, IATPI menyatakan komitmennya untuk terlibat aktif dalam penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Air Minum, serta pengembangan kompetensi untuk melahirkan tenaga ahli yang profesional dan adaptif terhadap dinamika perubahan iklim.
Keynote speech disampaikan oleh Direktur Air Minum Hary Prasetya selaku perwakilan dari Direktur Jenderal Cipta Karya, yang menyampaikan bahwa mulai tahun 2025, Pemerintah akan melakukan transformasi besar tata kelola air minum. Ditekankan pula bahwa capaian kinerja sektor air minum harus dipercepat melalui alternatif pembiayaan di luar APBN. Pada tahun 2026, Pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp1 triliun untuk mendukung program Swasembada Air. Target cakupan air minum perpipaan ditetapkan sebesar 4% per tahun. Isu air kini tidak terlepas dari perubahan iklim, urbanisasi, dan ketimpangan sosial. Oleh karena itu, forum ini diharapkan menghasilkan masukan konkret untuk penyusunan RPP Air Minum.
Dalam diskusi panel yang dipandu oleh Staf Ahli Perpamsi, Agus Sunara, para narasumber dari Kementerian PPN/Bappenas, akademisi ITB, dan pakar perubahan iklim membahas berbagai tantangan dan strategi adaptasi. Koordinator Sanitasi Bappenas, Ir. R. Wahanudin memaparkan bahwa ketahanan air telah masuk dalam RPJPN 2025–2045 sebagai bagian dari fondasi transformasi menuju Indonesia Emas. Permintaan air diproyeksikan meningkat 31% akibat pertumbuhan ekonomi dan demografi. Oleh sebab itu, pengarusutamaan prinsip _Intergrated Water Resource Management_ (IWRM) dan integrasi dari hulu hingga hilir menjadi sangat krusial.
Dari sisi akademik, para pakar dari ITB seperti Dr. Budhi Setiawan dan Ir. Yuniarti menyoroti kerentanan infrastruktur air terhadap perubahan iklim, serta pentingnya inovasi seperti sistem _digital twins_, _smart water management_ berbasis IoT dan AI, hingga teknologi daur ulang air limbah untuk menghasilkan air minum. Pendekatan circular water economy berbasis prinsip 5R (reduce, reuse, recycle, regenerate, redesign) turut menjadi solusi masa depan.
IATPI meyakini bahwa air bukan hanya soal teknis distribusi, tapi juga memiliki nilai dalam menciptakan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. Melalui forum ini, IATPI ingin memperkuat kolaborasi multi pihak dalam merumuskan arah kebijakan yang tidak hanya berbasis data dan sains, tetapi juga berpihak pada kepentingan rakyat dan keberlanjutan lingkungan.
Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.iatpi.org atau kanal media sosial @iatpi.pusat.